Kisah Tukang Nasi Peroleh Berkah Gus Dur

Subang, NU Online
Saat masih hidup mungkin bagi sebagian banyak orang belum bisa merasakan berkah Gus Dur, tapi ketika Gus Dur telah meninggal dunia tidak sedikit yang merasakan berkahnya, diantara orang tersebut adalah seorang penjual nasi yang ada di sekitar makam Gus Dur di Tebuireng.

Kisah ini disampaikan oleh KH Musyfiq Amrullah saat mengisi taushiyah Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan oleh Jamaah Jimat Subang di Desa Rancabango, Patokbeusi, Subang, Jawa Barat, Rabu (28/12) malam.

"Saya sama anak-anak santri sering ziarah Wali Songo, tahun kemarin saat di maqbaroh Gus Dur saya makan dulu sambil menunggu barangkali sebentar lagi jamaah yang ziarah bisa berkurang," ungkap Pengasuh Pesantren Attawazun Kalijati Subang itu.

Selesai makan, Kiai Musyfiq bertanya kepada penjual nasi yang tidak disebutkan namanya tersebut, mulanya ia hanya menanyakan waktu atau jam yang sepi dari para peziarah agar bisa disesuaikan dengan waktu yang tepat untuk menziarahi makam Gus Dur di tahun berikutnya.

"Penjual nasi itu bilang makam Gus Dur tidak pernah sepi, setiap hari kurang lebih ada 50 bus jamaah yang menziarahi ke makam Gus Dur," tambahnya.

Dikatakan Kiai Musyfiq, penjual nasi itu kemudian mengungkapkan bahwa sebelum berjualan nasi ia berprofesi sebagai petani, setelah Gus Dur wafat pada tahun 2009 yang lalu ia memutuskan untuk beralih profesi menjadi penjual nasi karena melihat setiap hari banyak sekali jamaah yang berziarah.

"Alhamdulillah penjual nasi itu kebagian berkahnya Gus Dur karena setiap hari warungnya tidak pernah sepi," pungkasnya. (Aiz Luthfi/Fathoni)
Post Selanjutnya
« Post Sebelumnya
Post Sebelumnya
Post Selanjutnya »