Tangerang Selatan, NU Online
Mahasiswa
Ciputat lintas organisasi menyelenggarakan Haul ke-7 KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur). Bertempat di Hall Student Center UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kamis (29/12). Acara tersebut menghadirkan Alissa
Wahid, Romo Sandyawan Sumardi, dan Priyo Sambadha.
Putri
sulung Gus Dur Alissa Wahid menyampaikan satu di antara sembilan nilai
utama Gus Dur yang dirumuskan oleh 100 orang sahabat dan muridnya. Di
antaranya KH Ahmad Mustofa Bisri, Mohamad Sobary, dan Pendeta Phil Erari
dari Papua.
Mengutip hasil diskusi itu, Alissa
mengatakan bahwa nilai paling utama seorang KH Abdurrahman Wahid adalah
keyakinan spiritualnya, yakni menegakkan Islam rahmatan lil alamin. Delapan nilai lainnya adalah turunan dari nilai utama tersebut.
“Menurut
beliau-beliau itu, bukan menurut Alissa ini ya, sumbu kehidupannya
adalah keyakinan spiritual beliau, bahwa tugasnya di dunia ini sebagai
seorang muslim adalah menegakkan Islam rahmatan lil alamin,” katanya.
Sementara
itu, Priyo Sambadha menyatakan, saat putra pertama KH Abdul Wahid
Hasyim itu menjabat sebagai presiden, istana benar-benar milik rakyat.
Salah satu buktinya adalah saat Gus Dur mengadakan open house Idul
Fitri untuk pertama kalinya sepanjang sejarah istana. Masyarakat dengan
berbagai latar belakang dan berbagai macam penampilan dipersilakan
bersalaman dengan presiden dan keluarganya tanpa terkecuali.
“Semua
orang boleh masuk pokoknya. Tidak ada terkecuali. Pakaian seperti apa
silakan masuk,” kata staf Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Adapun
Romo Sandyawan menyampaikan satu pesan Gus Dur untuknya pada saat dia
bertemu dengan Gus Dur guna membicarakan peristiwa kerusuhan 27 Juli
1996 (Kudatuli). Pesannya adalah tentang tujuan manusia itu diciptakan.
“Tujuan
manusia diciptakan, yaitu untuk meluhur-muliakan Allah dan kemanusiaan,
beserta alam semestanya,” ujarnya. Terakhir, Alissa Wahid berpesan
kepada seluruh hadirin, “Gus Dur yang meneladankan, kita yang
melanjutkan.”
Acara ini juga dihadiri oleh
Wakil Rektor III UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yusron Rozak. Dalam
sambutannya, ia mengatakan bahwa hampir tidak ada satu kata yang dapat
menggambarkan seorang Gus Dur. “Jika kita sebut beliau Bapak Humanisme,
dia lebih luas dari itu,” ujarnya.
Saking luasnya pandangan dan gagasannya, Yusron Rozak menyatakan kata cukup terbatas untuk mendeskripsikan Gus Dur.
Acara dengan tagline
“Om Toleran Om” itu juga menggalang 1000 tanda tangan sebagai bentuk
kepedulian dan toleransi. Selain itu, acara tersebut juga menggalang
dana untuk Gempa Aceh. Panitia menjual kaos dengan berbagai tulisan
nasihat Sang Guru Bangsa itu. Panitia juga melelang lukisan Gus Dur yang
akhirnya terjual dengan harga dua juta rupiah. (Syakir NF/Fathoni)
ConversionConversion EmoticonEmoticon