Ini Pesan Terakhir Mbah Umar Syahid

nu.or.id
Jakarta, NU Online
Mbah Umar Syahid atau Mbah Umar Sumbu menitipkan sejumlah pesan kepada warga NU untuk menjaga persatuan, menjaga keimanan keluarga, menjaga nama baik NU. Semuanya itu harus dilakukan nahdliyin agar NU tetap menjadi panutan masyarakat.

Demikian pesan terakhir Mbah Umar kepada Wasekjen PBNU H Abdul Mun'im DZ beberapa saat sebelum meninggal di Pacitan.

Menurut H Mun‘im yang hadir di daerah Pacitan untuk pendidikan kader penggerak ranting NU beberapa waktu lalu, Mbah Umar adalah waliyullah yang selalu memikirkan NU dan bangsa Indonesia walaupun hidup dalam penderitaan.

“Karena itu, saat terjadi demo di Jakarta beliau mengajak keluarganya bermujahadah, karena dalam demo itu terdapat kelompok yang ingin melakukan makar. Beliau ulama waskito (makrifat). Walau tidak pernah lihat tv atau pakai hape, tapi ia tahu persis anatomi konflik politik nasional yang sedang terjadi,” kata H Abdul Mun’im DZ.

KH Umar Syahid, tokoh NU Pacitan, wafat dalam usia 132 tahun. Beliau adalah santri dan teman perjuangan KH Hasyim Asyari.  Waktu mudanya sesepuh Pacitan  itu hidup sebagai kiai kelana,  dengan jualan gerabah dan tumbuh. Hasil jualannya digunakan untuk membangun mushalla dan masjid di sekitar Pacitan, Ponorogo, dan Madiun. Karenanya beliau dikenal sebagai Mbah Tumbuh.

Saat peristiwa pemberontakan PKI 1948 di Madiun, beliau sedang jualan di sana. Ia menyaksikan langsung pembantaian para ulama. Ia selamat karena dikira sebagai orang biasa. Dia menjadi informan para kiai dalam menghadapi  PKI karena dia bisa berjalan ke mana saja tanpa dicurigai PKI, pungkas Mun‘im. (Red Alhafiz K)
sumber : nu.or.id
Post Selanjutnya
« Post Sebelumnya
Post Sebelumnya
Post Selanjutnya »